Sabtu, 09 Mei 2015

Bentuk Hidup Tumbuhan/ Life Form

Bentuk Hidup Tumbuhan (life form/growth form)

Raunkaier (1934) menggolong-golongkan jenis tumbuhan ke dalam bentuk pertumbuhan (life form) dengan berdasarkan kepada posisi tunas, kuncup atau organ yang terdapat pada bagian atas atau bawah bagian tanaman dan posisi dari lokasi berhubungan dengan permukaan tanah, (Jani, 2012). Bentuk-bentuk tumbuhan menurut Raunkaier (Jani, 2012) yaitu :
1.      Fanerofita : pohon, semak atau liana dimana tunas-tunasnya tumbuh di batangnya pada ketinggian di atas lebih dari 25 cm dari permukaan tanah.
2.      Khamaefita : tumbuhan yang tunas-tunasnya berada di permukaan tanah atau 25 cm berada di atas permukaan tanah.
3.      Hemikriptofita : Tumbuhan setahun yang tunas-tunasnya di dalam atau di bawah permukaan tanah.
4.      Kriptofita : Tumbuh-tumbuhan yang tunasnya atau rimpangan berada di bawah permukaan tanah
5.      Terofita : Tumbuhan musiman, dimana umur kehidupannya dalam periode pendek dan dalam keadaan dorman dalam bentuk biji.

Gambar 1. Bentuk-bentuk tumbuhan menurut Raunkaier
(Sumber: Wikipedia, 2015)
(Keterangan: 1. Fanerofita, 2.3 Khamaefita, 4. Hemikriptofita, 5-9. Kriptofita, 5-9. Kriptifita, 5-6.                                                                                                                                                                          Geofita, 7. Helofita, 8-9. Hidrofita, Terofita dan efifit)

Selanjutnya klasifikasi Raunkaier (Jani, 2012) ini dimodifikasi menjadi 10 bentuk dengan menambahkan bentuk tumbuhan sebagai berikut:
1.      Fitoplankton : mikroorganisme yang terdapat di dalam air, udara atau es
2.      Fitoedafon : mikroorganisme tanah
3.      Endofita : tumbuh-tumbuhan  yang  hidup  di  bagian  badan  dari    beberapa tumbuhan lainnya seperti lumut dan mikoriza.
4.      Hidrofita : Semua tumbuhan air, yang mana bagian tunasnya berada di dalam air
5.      Epifit : tumbuhan yang akarnya tidak masuk kedalam tanah tetapi menempel pada tanaman lainnya.

Klasifikasi ini kini jarang digunakan dan kalah dengan klasifikasi Sistem Wettstein dan Sistem Engler yang menggunakan ciri morfologi sebagai dasar untuk penggolongan jenis. Bahkan kini sistem klasifikasi menjadi lebih maju lagi melalui pendekatan filogeni seperti pada sistem klasifikasi “Angiosperm Phylogeny Group” (APG) yang dikembangkan pada tahun 1998 dan di perbaharui pada tahun 2003. Bahkan kini klasifikasi telah jauh lebih maju dengan berdasarkan pada studi molekuler.
Namun kelebihan sistem klasifikasi Raunkaier dapat mengetahui Biological Specktrum yaitu spektrum bentuk tumbuh sebagai hasil adaptasi tumbuhan terhadap adaptasi dimana pada komunitas vegetasi klimaks ditandai dengan spektrum normal. Dengan analisis menggunakan sistem klasifikasi Raunkaier kita dapat mengetahui arah perkembangan dari suatu komunitas vegetasi. Namun hal ini hanya dapat diterapkan pada hutan yang masih alami tanpa adanya campur tangan manusia. Saat ini hutan yang alami tersebut hampir tidak ada, oleh sebab itu juga klasifikasi Raunkaier ini mulai ditinggalkan, (Jani, 2012).



           
DAFTAR PUSTAKA



Jani. 2012. Klasifikasi Raunkiaer. (Online). http://staff.unila.ac.id/janter/2012/09/03/klasifikasi-raunkiaer/ Diakses pada 4 April 2015

Wikipedia. 2015. Life Form. (Online). http://en.wikipedia.org/wiki/Raunki%C3%A6r_plant_life-form Diakses pada 4 April 2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar